BIAS: Green Book (2018)

Courtesy of Universal Studios, Prime Video © 2018


Halo semuanya! balik lagi sama aku di BIAS aka Bioskop Asik, kali ini aku mau ngebahas film bertema persahabatan yang cukup menyentuh sekaligus heartwarming banget nih. "Green Book" (2018) film drama komedi yang disutradarai oleh Peter Farrelly dan dibintangi oleh Viggo Mortensen serta Mahershala Ali ini, berkisah tentang persahabatan yang tak terduga antara seorang sopir asal Italia-Amerika, Tony Lip (Viggo Mortensen), dan seorang pianis kulit hitam terkenal, Dr. Don Shirley (Mahershala Ali), yang melakukan tur ke wilayah Selatan Amerika Serikat pada tahun 1960-an.

Ceritanya dimulai ketika Tony Lip (Viggo Mortensen), seorang pria Italia-Amerika yang berasal dari lingkungan yang kasar dan sederhana, dipekerjakan untuk menjadi sopir dan pengawal Dr. Don Shirley (Mahershala Ali), seorang pianis kulit hitam terkenal berpendidikan tinggi yang ingin melakukan tur ke wilayah Selatan Amerika Serikat. Perbedaan latar belakang dan kepribadian kedua karakter ini membuat alur cerita film ini sangat menarik. Tony, dengan gayanya yang kasar dan pragmatis, harus menghadapi dan mengatasi berbagai bentuk rasisme sepanjang perjalanan mereka. Sebaliknya, Dr. Shirley, dengan keanggunan dan kedisiplinannya, berusaha menjaga martabat dan profesionalisme di tengah situasi yang penuh tantangan.

Courtesy of Universal Studios, Prime Video © 2018

Viggo Mortensen memberikan penampilan yang luar biasa sebagai Tony Lip. Ia berhasil menggambarkan karakter yang keras namun memiliki hati emas, yang perlahan membuka pikirannya terhadap isu-isu sosial yang lebih besar. Transformasi fisik dan aksen yang digunakan Mortensen juga menambah kedalaman pada karakternya. 

Mahershala Ali, sebagai Dr. Don Shirley, memberikan performa yang memukau dan penuh emosi. Ali dengan sempurna menampilkan dualitas Dr. Shirley, seorang pria yang elegan dan berpendidikan tinggi yang harus menghadapi diskriminasi rasial. Chemistry antara Mortensen dan Ali di film ini sangat kuat dan menjadi kekuatan utama film ini.

Peter Farrelly, yang biasanya dikenal dengan karya-karya komedinya, menurut aku cukup berhasil menunjukkan kemampuan luar biasanya dalam memadukan materi yang lebih serius dengan sentuhan humor yang tepat. Dia juga berhasil menyampaikan pesan tentang persahabatan, kesetaraan, dan kemanusiaan tanpa terkesan menggurui. Sinematografi oleh Sean Porter juga patut diacungi jempol, dengan penggambaran yang cermat dan indah dari perjalanan melintasi Amerika Serikat pada era 1960-an.


Courtesy of Universal Studios, Prime Video © 2018

Meskipun "Green Book" mendapatkan banyak pujian dan memenangkan berbagai penghargaan, termasuk Film Terbaik di Academy Awards, film ini juga tidak luput dari kritik. Beberapa kritik menyatakan film ini menggambarkan isu-isu rasial dengan cara yang terlalu simple dan cenderung memusatkan narasi pada perspektif orang kulit putih. Bahkan menurut perspektif dari keluarga Dr. Shirley, menyatakan bahwa film ini tidak sepenuhnya akurat dalam menggambarkan hubungan antara Tony dan Dr. Shirley. Mereka menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga Don Shirley yang dihubungi oleh pihak produksi film, lalu menurut mereka Shirley tidak dijauhi oleh keluarganya atau komunitas kulit hitam seperti yang digambarkan dalam film, dan juga hubungan antara Shirley dan Vallelonga dalam versi film terlalu dilebih-lebihkan.


Courtesy of Universal Studios, Prime Video © 2018


Bagi kalian yang suka film drama yang heartwarming terus penampilan akting yang luar biasa, "Green Book" wajib masuk wishlist kalian sih. Film ini ga sekedar menghibur tetapi juga ngasih pesan moral yang cukup menyentuh dan pastinya ngena banget dihati.


(Penulis: Emillyo Novriansyah Pramana. Editor: Rafy Syahputra Soeleiman.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 Cara Simple Untuk Merayakan Hari Perempuan Internasional

BIAS: Your Name Engraved Herein (2020)

Mengapa Beberapa Mall di Jakarta Sudah Mulai Sepi?